Melihat siswa yang tidak bisa tidur dan rekan kerja mungkin bukan hal baru bagi Anda. Bahkan Anda sendiri mungkin termasuk orang yang tidak pernah tidur.
Tapi hati-hati, kurang tidur mungkin tidak hanya membuat Anda merasa lelah sepanjang hari, tetapi bahkan dapat menyebabkan penurunan fungsi otak sehingga menyebabkan berbagai masalah mental.
Masalah mental yang mungkin terjadi karena kurang tidur:
1. Otak bekerja lambat
Para peneliti telah menemukan bahwa kurang tidur dapat mengurangi fokus dan kewaspadaan otak. Tidak heran jika setelah berjam-jam tidak tidur, Anda mungkin merasa bingung dan pelupa serta sulit untuk berpikir jernih. Dalam istilah medis, gangguan berpikir akibat kelelahan otak disebut brain fog. Mungkin sulit bagi Anda untuk membuat keputusan penting.
Hal ini mungkin terdengar sepele, namun brain fog bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh karena bisa menjadi gejala awal demensia.
2. Lupa
Ketika Anda merasa mengantuk, Anda cenderung lupa. Tidak hanya fokus dan konsentrasi Anda yang terganggu, daya ingat Anda juga akan semakin buruk.
Semua ini karena ketika Anda tidur, saraf di otak Anda yang menyimpan memori diperkuat. Seorang ahli dari University of Maryland College of Medicine di Amerika Serikat, Dr. Avelino Verceles mengatakan bahwa ketika Anda tidur, otak mencatat hal-hal yang telah kita pelajari dan alami di hari itu ke dalam memori jangka pendek — itulah sebabnya Anda tidak boleh tidur dalam keadaan marah.
3. Sulit menerima informasi baru
Kurang tidur dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk memahami informasi baru. Pertama, Anda akan sulit fokus karena sulit menerima informasi baru, Anda tidak akan bisa belajar secara efisien.
Kedua, kurang tidur akan mempengaruhi kemampuan Anda untuk menghafal sesuatu. Ingatan Anda akan melemah dan akan sulit bagi Anda untuk mengingat hal-hal yang telah Anda pelajari.
4. Kemungkinan gangguan mental lebih lanjut
Kurang tidur mungkin bukan penyebab langsung gangguan mental. Namun, banyak penelitian telah menemukan potensi besar untuk gangguan mental seperti depresi, ADHD, kecemasan, dan gangguan bipolar.
Penelitian di Michigan, di Amerika Serikat, mencatat bahwa orang-orang berusia antara 21 dan 30 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang mengalami insomnia pada wawancara pertama empat kali lebih mungkin mengalami depresi ketika diwawancarai lagi tiga tahun kemudian. Studi lain menemukan bahwa kesulitan tidur terjadi sebelum depresi. Selain itu, orang yang depresi dengan insomnia lebih sulit pulih daripada mereka yang tidak insomnia.
Dalam sebuah penelitian, para ahli menemukan bahwa insomnia serta gangguan tidur lainnya dapat memperburuk mania atau depresi pada pasien dengan gangguan bipolar. Kurang tidur dapat menyebabkan mania, fase ledakan emosi atau perilaku yang tidak terkendali.
Kurang tidur juga menyebabkan kecemasan. Satu studi melaporkan bahwa sekitar 27 persen pasien kecemasan mulai tidur dengan insomnia.