Sebagian orang bertanya, “kenapa bayaran guru murah, tidak seperti bayaran dokter?”
“Walau sebenarnya dokter bisa juga pintar karena guru”
Ulasan ini benar-benar bagus sekali bila kita terus menanyakan hal itu.
Silahkan kita breakdown berdasar pada 2 bukti ini lebih dulu.
– Tidak seluruhnya dokter, memiliki bayaran yang besar
– Tidak seluruhnya guru, memiliki bayaran yang kecil
Berdasar bukti di atas, kalian harus pahami dahulu secara mekanisme. Bayaran atau Upah atau Honor atau Fee ialah sebuah output yang dikeluarkan dari penghasilan di suatu lembaga/instansi/kantor/tempat kerja. Oleh karenanya, makin bagus atau luar biasa tempat kerja seorang karena itu makin bagus bayarannya.
Tidak seluruhnya dokter mempunyai upah yang besar. Beberapa bukti di lapangan menjelaskan, jika tidak seluruhnya dokter yang bekerja pada suatu puskesmas itu mempunyai upah yang besar. Apa lagi dokter itu mengurusi pasien yang diasuransikan oleh pemerintahan. Beberapa dokter menjeleskan jika bayaran dari 1 pasien yang diasuransikan oleh pemerintahan itu kecil dan dibayarkannya cukup lama.
Dokter dengan upah besar umumnya dokter yang mempunyai gelar spesialis dan bekerja pada rumah sakit besar. Dokter-dokter semacam itu telah mempunyai pengalaman lebih detil dan pengetahuan yang dapat disebut lebih dalam mengenai apa yang telah ia lewati dengan gelar itu. Oleh karenanya, Lumrah saja jika dokter itu mempunyai bayaran yang lumayan besar.
Tidak seluruhnya guru mempunyai upah yang kecil.
Beberapa bukti di lapangan menjelaskan, jika seorang guru ada juga yang mempunyai upah sejumlah 5-7 juta bila mengajarkan di sekolah bertingkat international atau beberapa sekolah dalam bahasa inggris secara kesehariannya. Beberapa guru itu bisa mempunyai upah besar karena memiliki ketrampilan yang lebih dari beberapa guru honorer biasa. Selainnya bahasa inggris, sistem evaluasi yang dipakai oleh beberapa guru yang berada di sekolah itu berbeda jauh.
Guru yang umumnya memiliki upah yang kecil, ialah guru yang mengajarkan pada suatu sekolah kecil yang mempunyai kurang penghasilan dan siswanya ada pada kelompok kelas menengah kebawah. Lumrah saja bila guru yang mengajarkan pada sekolah itu memperoleh upah yang tidak tepat.
“Tetapi pekerjaannya mencerdaskan anak negeri”
Pengakuan di atas ialah penyataan yang paling memikat buat dibahas.
Bukti di lapangan menjelaskan jika, seseorang yang mempunyai gelar s1 saja belum pasti dapat mencerdaskan satu orang anak, apa lagi bila memperoleh tanggung-jawab untuk mencerdaskan 20-40 orang anak.
“tetapi pekerjaan mencerdaskan seorang anak ada juga ke orang tua”
Bila kamu ke rumah sakit pada kondisi sakit, kamu mengharap bakal ada dokter yang bisa mengobati penyakit kamu.
Begitupula yang dirasa untuk beberapa orang tua. Untuk beberapa orang tua, mengirimi anak ke sekolah tentunya memiliki keinginan untuk anaknya bisa pandai dalam pelajaran sehabis pulang sekolah. Mereka mengharap anaknnya bisa pulih dari “ketidaktahuan”
Dari pola pikir itu, karena itu ada budaya jika ada orangtua yang ingin mengirim anaknnya sekolah di sekolah internasional sampai mengirimi anaknnya ke luar negeri untuk mengangsu pengetahuan yang lebih jauh. Karena menurut orangtua itu “gpp bayar lebih, yang perlu anak dapat pulih dari penyakit (bodoh) nya”. Oleh karenanya, beberapa sekolah yang memperoleh legalisasi bisa “mengobati penyakit” bisa memasangkan biaya yang semakin besar.